Gayo Lues – Peringatan Isra Mi’Raj adalah peringatan untuk mengenang Peristiwa penting dalam Sejarah Islam, salah satunya adalah Isra Mi’Raj Nabi Muhammad SAW. Bahkan Peristiwa ini juga diperingati setiap Tanggal 27 Rajab.
Dalam perjalanannya, Peristiwa Isra Mi’Raj ini terdiri dari dua bagian, yaitu Isra dan Mi’Raj. Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem.
Sementara Mi’Raj, adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Bumi ke Langit ke Tujuh (7) untuk menerima perintah Shalat Lima waktu dari Allah SWT.
Demikian disampaikan oleh Pimpinan Dyayah Khaira Al-Alziziyah Desa Bener Baru Tgk. Zulkarnaen SH. I MSY dalam Ceramah Isra Mi’Raj yang di laksanakan di Masjid Jami Desa Porang Kecamatan Blangkejeren, Minggu (26/01/2025).
Peringatan Isra Mi’Raj tersebut juga dihadiri oleh Pengulu Porang Irwandi, Imen Kampung, Para Perangkat Desa serta Masyarakat Desa Porang.
Dalam kesempatan tersebut, Tgk. Zulkarnaen terkait Isra dan Mi’Raj menjelaskan, Peringatan Isra dan Mi’Raj memiliki banyak makna yang medalam di antaranya, mengajarkan pentingnya kedekatan dengan Allah SWT, serta ilmu sejak dini, meningkatkan Kualitas ibadah terhadap Perintah Allah SWT.
Selain itu Kata Pimpinan Dyayah Khaira Al-Alziziyah ini, Isra Mi’Raj, merupakan salah satu Peristiwa penting yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW, menjadi salah satu bukti kebesaran Allah SWT.
“Tak hanya bagi Rasullullah SAW, Peristiwa Isra Mi’Raj juga penting bagi seluruh Umat Islam. Sebab dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW, mendapatkan perintah Shalat dari Allah SWT,” Sebut Tgk. Zulkarnaen.
Selanjutnya Katanya, mengutip laman Nahdlatul Ulama (NU), Isra Mi’Raj adalah peristiwa perjalanan Rasullullah SAW dari Masjidil Haram menuju Masjid Al-Aqsa.
Kemudian Nabi Muhammad SAW dibawa ke langit ke Tujuh untuk di pertontonkan sebagian dari kebesaran Allah SWT. Dan beliau juga mendapat perintah Shalat lima waktu dari Allah SWT.
Di akhir ceramahnya, Tgk. Zulkarnaen juga menjelaskan, Setelah Rasullullah SAW kembali turun dan bertemu Nabi Musa Alla Isyallam, untuk menceritakannya sehingga Nabi Musa menyarankan kepada Nabi Muhammad SAW untuk memohon lagi untuk pengurangan jumlah Shalat kepada Allah SWT.
“Akhirnya, Rasullullah SAW terus meminta keringanan berkali – kali kepada Allah SWT, dari yang awalnya 50 Waktu, dan akhirnya menjadi 5 Waktu dalam sehari semalam,” Pungkasnya mengahiri. []