Aceh Utara – Aceh adalah Provinsi yang dikenal dengan otonomi khusus di Indonseia , setelah berakhirnya konflik bersenjata antara pemerintah pusat dengan Gerakan Aceh Merdeka di ditanda tanganinya MoU Helsinki pada tahun 2005 lalu .
Sejak tahun 2006 – 2021 , Aceh sudah menerima dana otonomi khusus dari pemerintah pusat sebesar Rp 88, 43 triliun , sungguh sangat di sayangkan anggaran yang begitu fantastis tidak sepenuhnya bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat aceh .
Dana yang begitu luar biasa besarnya belum bisa mensejahterakan masyarakat di provinsi paling barat Indonesia , apa lagi Aceh Utara daerah yang dikenal sebagai penghasil migas terbesar di negeri ini , lagi lagi yang sejahtera cuma elit elitnya saja , sementara hampir separuh masyarakatnya tetap hidup dalam extrimnya kemiskinan.
Hal tersebut di buktikan oleh keadaan ibu Nani Suryani (43) warga Desa Pulo Meuria , Dusun Bukit Sandi , Kecamatan Geureudong Pase , Aceh Utara , Salah satu janda dari sekian banyak masyarakat miskin Aceh Utara yang belum tersentuh dan luput dari perhatian pemerintah.
Janda dengan tiga anak yatim yang usia anaknya sekira duduk di bangku Sekolah Dasar, yang salah satu anaknya mengalami disabilitas sejak lahir , tingal di gubuk reot yang berukuran 3 × 4 meter berlantai tanah , berdinding kayu rongsokan yang sudah lapuk dan beratap daun rumbia yang sudah mulai bocor , hanya pasrah menerima nasib .
Wanita yang ditinggal mati suaminya berprofesi sebagai tukang jaga anak orang ini mengaku pasrah , saat kedua kalinya di jumpai media ini ,Jum’at 12 /4/2024 , Suryani menuturkan , dirinya tidak bisa berbuat banyak dan pasrah dengan keadaan .
” saya hanya bisa pasrah pak , mau bagai mana lagi saya tidak bisa bekerja seperti orang lain karena saya harus menjaga anak saya yang disabilitas ini , saya cuma bisa bekerja menjaga dua orang anak tetangga , satu hari saya dapat cuma Rp 20 ribu ” tutur nya sedih
Suryani melanjutkan , kami hanya orang kecil , walau pendapatan saya tidak mencukupi , ya harus saya cukupkan karena memang segitu yang bisa saya hasilkan untuk anak saya , dan kitiga anak saya satupun tidak ada yang sekolah , karena saya tidak mampu membeli baju seragam untuk mereka , untuk makan kami cukup cukupkan .
Dari pemerintah Gampoeng ALHAMDULILLAH saya mendapat bantuan BLT itu pun tidak bisa mencukupi kebutuhan kami , ujarnya.
Saya mengharapkan kepada Pemda , Baitul mal dan Perkim Aceh Utara mohon perhatiannya untuk kami , yang sangat kami butuhkan saat ini adalah tempat tinggal yang nyaman , karena dinding rumah kami sudah lapuk dan bolong saya takut kalau malam masuk binatang berbisa yang membahayakan keselamatan anak anak , semoga pemerintah daerah tidak menutup mata dengan keadaan kami , dan besar harapan kami kepada Pemda , Baitul Mal dan Perkim Aceh Utara mau membangun satu unit rumah yang layak untuk kami tempati ” tuturnya penuh harap.
Dia melanjutkan , Alhamdulillah , jum,at 29/3 2024 saya dan anak anak mendapat kunjungan dan bantuan dari penggiat sosial LAZIS KAHMI Aceh Utara , Alhamdulillah terimakasih banyak atas bantuannya dan ini saya gunakan untuk membeli baju lebaran buat anak anak .
Dan kamis 4/4/2024 , kami juga dikunjungi oleh ibu Mutia Sari , penggiat sosial Blood For Life Foundation ( BFLF ) Aceh Utara , terimakasih ibu Mutia atas kunjungan dan bantuannya untuk anak saya , Alhamdulillah bantuan dari ibu saya gunakan untuk beli daging mengang dan bayar zakat fitrah .
sekali lagi terimakasih LAZIS KAHMI dan BFLF Aceh utara , terimakasih orang orang baik ,pungkasnya haru. [Red]