Sumbawa Besar|NTB, (2 September 2025),– Pernyataan seorang pemuda berinisial AY di akun Facebook pribadinya menuai polemik dan menimbulkan reaksi keras dari sejumlah pegiat LSM atau NGO di Kabupaten Sumbawa. Dalam statusnya, AY menyebut adanya pihak-pihak yang dianggap sebagai “preman” dengan dalih menjaga kondusifitas daerah, yang dinilai menyudutkan tokoh masyarakat dan aktivis lokal.
Unggahan AY tersebut kemudian diposting ulang oleh akun Facebook milik Erman Hermawan, Owner SumbawaTV sekaligus pegiat media sosial dan tokoh media yang akrab disapa Bang Eman, Selasa (2/9/2025).
Ia menegaskan keberatannya dengan menuliskan kalimat, “Ada apa ini? Seorang pemuda mengatakan: Apakah semua orang yang menghimbau dan mengajak masyarakat menjaga Sumbawa aman dan kondusif termasuk golongan orang-orang preman? Contoh yang memberi himbauan Rektor UNSA, Ketua MUI Sumbawa, dan saya sendiri. Dinda AY saya harapkan dapat koreksi pernyataan tersebut.”
Bang Eman juga mengingatkan agar perbedaan pendapat tidak diarahkan pada hal-hal yang berpotensi memecah belah. Ia menegaskan, kebebasan berpendapat tetap dijamin konstitusi, namun harus dilakukan sesuai aturan dan tidak merusak fasilitas umum.
Menanggapi polemik tersebut, Welsukrianto selaku perwakilan pegiat LSM/NGO Sumbawa menyatakan sikap tegas. Ia menilai pernyataan AY tidak hanya keliru, namun juga menghina dan melukai perasaan para aktivis yang selama ini berkontribusi menjaga kondusifitas daerah.
“Kami sangat keberatan jika ada statement seperti itu. Kami ini punya niat baik, mengajak masyarakat untuk menjaga keamanan dan kedamaian di Sumbawa. Tapi dengan pernyataan tersebut, kami justru dianggap preman. Itu penghinaan berat bagi kami,” tegasnya.
Ia menambahkan, para pegiat LSM bukanlah pihak yang menghalangi aksi demonstrasi mahasiswa, melainkan berupaya agar penyampaian aspirasi berlangsung tertib dan damai. Hal itu terbukti dari aksi mahasiswa yang berlangsung aman di depan Kantor DPRD Sumbawa, yang dihadiri langsung Ketua DPRD, Bupati, Kapolres, dan Dandim 1607 Sumbawa.
“Syukur alhamdulillah, aksi demo hari ini berjalan tertib, aman, dan kondusif. Aspirasi mahasiswa didengar langsung oleh pimpinan daerah. Tapi sangat disayangkan ada putra daerah yang justru menyebut kami preman. Ini membuat kami terpukul,” ujarnya.

Welsukrianto memastikan pihaknya bersama sejumlah pegiat LSM melaporkan pernyataan AY ke pihak kepolisian. Mereka menilai unggahan tersebut berpotensi memprovokasi dan menimbulkan kebencian di tengah masyarakat.
“Kami mengecam keras pernyataan itu dan akan menempuh jalur hukum. Status seperti ini bisa memicu kebencian dan mengadu domba. Kami serahkan sepenuhnya pada aparat penegak hukum untuk memproses,” tandasnya.
“Dan Kami sangat prihatin dengan TNI-POLRI yang selalu siaga bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat, mengajak dan memberi himbauan kepada segenap masyarakat mengajak kita semua bagaimana sumbawa intan bulaeng tetap aman dan kondusif,”tutupnya.
Dalam unggahannya, AY menuliskan status di akun Facebook pribadinya yang menyatakan, “Saya jadi tertantang untuk demo bersama rakyat jika pemerintah Kabupaten Sumbawa membenturkan rakyat dengan preman dengan dalih menjaga kondusifitas daerah.”
Ia bahkan menambahkan ungkapan dalam bahasa Sumbawa: “Apa kapasitas nene bua sate sama bungkam rakyat, sate ku to merua preman nene, yang kalau diartikan: apa kapasitas kalian untuk membungkam rakyat, saya ingin tahu sejauh mana preman kalian.”
Ungkapan tersebut lah yang membuat pegiat LSM merasa geram, tersinggung, sekaligus terhina.
Hingga berita ini diterbitkan, laporan resmi ke pihak kepolisian langsung dilakukan oleh Welsukrianto perwakilan LSM Sumbawa. Mereka berharap aparat penegak hukum segera menindaklanjuti persoalan ini demi menjaga suasana kondusif di Kabupaten Sumbawa. (Af)