KETIKA ASPIRASI MENJADI API, ANTARA DEMONSTRASI DAN ANARKI

REDAKSI NTB

- Redaksi

Kamis, 4 September 2025 - 09:25 WIB

50122 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KETIKA ASPIRASI MENJADI API, ANTARA DEMONSTRASI DAN ANARKI

 

Oposisinews86.com – DENPASAR | Demokrasi adalah hak fundamental rakyat untuk menyuarakan kebenaran dan menuntut keadilan.

Demonstrasi sebagai ungkapan politik menjadi cermin kualitas demokrasi suatu bangsa, bila dilakukan dengan damai, beradab, dan konstruktif.

ADVERTISEMENT

banner 300x250

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, ironinya, di tengah perjuangan ini, sering kali muncul wajah lain: aksi brutal yang justru merusak tatanan dan memicu kerusakan, dari penjarahan hingga pembakaran baik ruang publik maupun milik pribadi.

Aksi Damai atau Anarki?
Baru-baru ini, demonstrasi di berbagai kota Indonesia yang dimulai dengan tuntutan legit: penolakan atas kenaikan tunjangan DPR, kemarahan atas kebijakan tak populer, hingga protes atas hilangnya keadilan diwarnai kerusuhan hebat.

Banyak massa beralih dari mengangkat suara menjadi menjarah toko, membakar fasilitas umum seperti halte Trans Jakarta, bahkan menyerang gedung pemerintahan dalam bentuk perusakan dan pembakaran.

Apa penyebab peralihan dari pidato moral ke tindakan destruktif? Faktor seperti infiltrasi oknum yang menunggangi aksi, ketidakpercayaan terhadap pemerintah, dan tekanan emosi massa sering kali menjadi pemicu.

Cermin Gelap dalam Sejarah Bangsa
Kita tak bisa lepas dari sejarah kelam: masa penjajahan yang menjarah kekayaan bangsa dan merenggut martabat, serta tragedi 30 September 1965 yang memicu kekerasan terstruktur dari PKI.

Tak bisa dipungkiri peristiwa G30S: penculikan dan pembunuhan para jenderal bukan demonstrasi dan tindakan brutal yang disertai ideologi revolusioner, mencoreng keamanan dan stabilitas nasional.

Baca Juga :  Universitas Warmadewa Dorong Karya Inovatif Hasilkan Kontribusi Nyata Bagi Masyarakat

Demikian pula penjajah, yang bukan hanya mengeksploitasi ekonomi, tapi juga melukai harga diri bangsa suatu bentuk perusakan struktural dan sistemik.

Namun, meskipun sama-sama destruktif, konteksnya berbeda. Penjajah dan PKI menjalankan agenda ideologis, bukan keresahan spontan rakyat. Mereka adalah kekuatan impositif yang menargetkan bangsa; sementara kelompok anarkis di masa kini semata merusak atas nama ketidakpuasan tetap saja, tindakan mereka bukanlah representasi perlawanan yang bijak, melainkan penghancuran cita-cita negara.

Mengapa Anarkisme Bukan Cerminan Bangsa?
Bangsa Indonesia dibangun dari darah, air mata, dan pengorbanan para pendiri Republik. Mereka melawan penjajah untuk membebaskan tanah air. Mereka membangun dari runtuhan agar ketika demokrasi tumbuh, ia memiliki fondasi moral dan kolektif. Justru anarkisme kerusuhan tanpa sasaran moral menghancurkan ikatan kolektif itu.

Ketika demonstrasi disusupi oleh oknum tak bertanggung jawab yang meraup keuntungan, tujuan mulia kehilangan esensinya. Bukankah mempertanyakan legitimasi melalui demonstrasi harus dibarengi dengan ketenangan, bukan amarah buta? Amarah memang wajar, tapi tanpa kendali, ia dicuri siapa saja yang menginginkan chaos.

Nilai Demokrasi yang Harus Dijaga.
Keutuhan moral: Demonstrasi adalah seni perjuangan tanpa darah. Ketika menjarah atau membakar, ia menodai makna perjuangan itu sendiri.
Penjagaan terhadap bangunan publik dan privasi publik: Infrastruktur umum dan rumah warga adalah bagian dari warisan bersama, bukan korban yang bisa ditukar dengan kedigdayaan emosional.

Baca Juga :  Danramil 1607-04/Alas: Maulid Nabi Jadi Momentum Bangun Generasi Religius dan Cinta Tanah Air

Menolak ditunggangi: Setiap aksi massa harus diawasi agar tak jadi ajang kriminal terselubung atau alat agitasi yang merugikan negara.
Mengutip jati diri bangsa: Para pendiri Republik berdiri atas keyakinan kemanusiaan, solidaritas, dan rasa hormat terhadap sesame even terhadap lawan dengan tetap humanis.

Pandangan Akademis dan Etis
Dalam teori politik, tindakan anarkis seperti ini menyalahi prinsip deliberasi rasional yang seharusnya terstruktur dalam demokrasi (Classical Deliberative Theory). Ia membentuk “kerusuhan politik” yang bukan membangun konsensus, tetapi meluluhkan tatanan.

Secara psikologis, kerusuhan dipicu oleh “mass anger” yang dipicu oleh frustrasi bukan aspirasi sadar. Maka, transformasi sosial yang berkelanjutan tidak lahir dari kemarahan, tetapi dari kritik terarah dan aksi kebangsaan yang inklusif.

Kesimpulan
Marwah Negara Adalah Peradaban, Bukan Kekacauan. Bangsa ini telah melewati masa penjajahan dan konflik ideologis, kita tahu arti perusakan dan betapa menghancurkan dampaknya bagi kelangsungan bangsa.

Oleh karena itu, aksi protes seyogianya menjadi refleksi demokrasi berbudaya, bukan kerusuhan instan.

Rakyat lebih kuat saat bersuara dengan kepala dingin. Negara pun lebih terjaga saat demonstrasi dijaga oleh rakyat itu sendiri, agar jangan sampai terlena oleh mereka yang merusak demi keuntungan sendiri dan menjauh dari perjuangan para pendiri Republik.oleh ” Dr.Anak Agung Putu Sugiantiningih.,S.IP.,M.AP”

#Demonstrasi Simbol Ungkapkan Politik
#Demonstrasi Damai, Beradab dan Konstruktif #Cerminan Kualitas Suatu Bangsa
#

Berita Terkait

DPC PJI Bojonegoro Tasyakuran 27 Tahun PJI dan HUT ke 1 DPC Bojonegoro
Ironis!! Dituduh Curi Dokumen di Hotel Miliknya, Pasutri Pemilik Hotel Menjerit Cari Keadilan
Kapolres Badung Ajak Lapisan Masyarakat Manfaatkan Layanan SIM di Satpas Badung
Pengabdian dan Prestasi, Dandim 1607/Sumbawa Pimpin Upacara Kenaikan Pangkat dan Purna Tugas
DARAH PENGKHIANAT G30S/PKI, DALAM LUKA KOLEKTIF DAN TANTANGAN GENERASI MUDA
Selamat Menempuh Hidup Baru, Do,a Terbaik Untuk Kedua Mempelai Semoga Terpilih Menjadi Pasangan yang Bahagia
FISIP Unwar Gelar Pengabdian Masyarakat di Desa Lebih: Aksi Bersih Pantai hingga Edukasi Lingkungan
Dipandang Perlu Pemerintah dan DPR Dapat Mencari Solusi Lain untuk Meningkatkan Efektivitas Perampasan Aset Terpidana Korupsi

Berita Terkait

Senin, 17 November 2025 - 20:42 WIB

Anggota Koramil 1607-07/Lunyuk Tingkatkan Patroli Malam untuk Perkuat Keamanan Wilayah

Senin, 17 November 2025 - 19:47 WIB

29 Desa Dapat SHU? Ketua Gempar NTB Soroti Kejanggalan Mekanisme Dan Logika kebijakan

Senin, 17 November 2025 - 18:20 WIB

Ketua LSM Lingkar Hijau, Bung Taufan: “Aroma Rekayasa Semakin Menyengat, IPR Koperasi SBL Harus Dicabut!”

Senin, 17 November 2025 - 17:02 WIB

GEMPAR NTB Bongkar Kejanggalan di Balik Panggung Panen Raya Emas dan Pembagian SHU IPR Lantung

Senin, 17 November 2025 - 16:03 WIB

Perkuat Kepedulian Lingkungan, Koramil Lunyuk Bersama PT AMMAN Tanam Pohon di Danau Jelapang

Senin, 17 November 2025 - 13:28 WIB

Balai Pemasyarakatan Kelas II Sumbawa Besar Gelar Donor Darah Peringati Hari Bakti Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan ke-1 Tahun 2025

Senin, 17 November 2025 - 13:24 WIB

Bapas Kelas II Sumbawa Besar Terima Kunjungan Kerja Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas NTB

Senin, 17 November 2025 - 13:20 WIB

Bapas Kelas II Sumbawa Besar Hadiri Kegiatan Penanaman Jagung di Lahan SAE Ai Maja Lapas Sumbawa Besar sebagai Dukungan terhadap Program Ketahanan Pangan Nasional

Berita Terbaru