PPS Harus Jadi..!! Curahan Hati Seorang Jurnalis untuk Keadilan Pulau Sumbawa”

REDAKSI NTB

- Redaksi

Minggu, 6 Juli 2025 - 16:13 WIB

50236 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumbawa Besar, NTB, Ketika suara rakyat tak lagi didengar, jalanan menjadi ruang terbuka terakhir untuk menyampaikan harapan. Begitulah yang kini terjadi di Poto Tano—sebuah titik kecil yang menjadi saksi besar dari kekecewaan dan perjuangan panjang masyarakat Pulau Sumbawa. Mereka yang tergabung dalam gerakan Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) kembali menyuarakan aspirasi yang telah mereka perjuangkan selama lebih dari dua dekade.
Padahal, para pejuang PPS datang dengan niat damai. Mereka ingin berdialog, ingin menyampaikan aspirasi tanpa kekerasan. Tapi ruang itu seperti ditutup rapat. Mereka tidak diberi tempat, tidak diberi waktu, dan tidak diberi pilihan. “Poto Tano mungkin bukan tempat yang benar,” kata seorang jurnalis lokal dalam tulisannya yang viral di media sosial, “tapi tidak ada lagi tempat layak untuk mencapai kebenaran.”

Aksi massa yang kemudian terlihat anarkis bukanlah kehendak, melainkan kondisi yang memaksa. Jalur menuju Pelabuhan Poto Tano hanya satu: jalan lintas Sumbawa. Ketika aksi dihadang, aspirasi seakan dibungkam. Dan ketika suara dibungkam, tindakan spontan seringkali menjadi pelampiasan—sesuatu yang bisa dihindari jika negara membuka ruang negosiasi terbuka dan adil.

Baca Juga :  ‎Babinsa Turun ke Masyarakat, Ajak Tingkatkan Siskamling dan Kewaspadaan ‎

PPS bukan sekadar wacana politis yang muncul lima tahun sekali. Ini adalah jejak sejarah yang dimulai lebih dari 20 tahun lalu. Berbagai media telah mencatatnya, para tokoh masyarakat telah menggaungkannya, dan masyarakat telah mendukungnya dengan penuh semangat. Tapi yang terjadi hari ini hanya buntut panjang dari kekecewaan yang belum pernah menemukan titik terang.

ADVERTISEMENT

banner 300x250

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Negara tidak adil, apabila moratorium pemekaran tidak dibuka,” tulis sang jurnalis dalam unek-uneknya. Pembatasan pemekaran wilayah berarti membatasi hak daerah untuk berkembang. Jika alasan pemerintah adalah karena banyaknya daerah baru yang gagal mandiri, lalu apakah kegagalan itu sudah benar-benar dianalisis? Apakah sudah dievaluasi untuk menjadi pembelajaran bagi daerah lain?

Baca Juga :  Pelantikan Pengurus HIPMI Kabupaten Bengkalis periode 2024 – 2027.

Sumbawa percaya, kegagalan bukan alasan untuk menghentikan perubahan, tapi bahan untuk membangun lebih baik.

Pemerintah juga tak bisa terus bersembunyi di balik dalih keterbatasan anggaran. Rakyat melihat sendiri bagaimana uang negara seringkali mengalir bukan ke daerah tertinggal, tetapi ke kantong para oknum. Korupsi telah menjadi luka lama yang tak kunjung sembuh, dan justru itulah yang seharusnya diperangi—bukan aspirasi rakyat untuk mekar dan mandiri.

Rakyat Sumbawa hanya ingin haknya dipenuhi. Hak untuk memiliki provinsi sendiri, hak untuk menentukan arah pembangunan sendiri, dan hak untuk didengarkan sebagai bagian dari bangsa ini.
“Merdeka hak, merdeka kebebasan, merdeka untuk berkembang,” begitu tulis sang jurnalis di akhir pesannya.
<span;>Tagar yang digaungkan pun menggema di media sosial:
 #PPSBukanCeritaDongeng
#ProvinsiPulauSumbawa.

Kini, tinggal bagaimana negara menyikapi suara ini. Apakah terus menutup telinga, atau membuka mata dan hati untuk menyongsong Indonesia yang lebih adil dan merata. (Red)

Berita Terkait

Diduga Terlibat Skandal Dana Siluman dan BTT, GERPOSI Minta Kapolda dan Kajati Tangkap dan Periksa Gubernur Iqbal
Badko HMI Bali–Nusa Tenggara Tuntut Kejati NTB Usut Tuntas Tiga Kasus Mangkrak
Aliansi Pemantau Tenaga Kerja Desak Balai Pengawas Bertindak Tegas terhadap CV. Rajawali Pelita Mas
Polres Sumbawa Musnahkan 295,53 Gram Barang Bukti Sabu:
DPC PJI Bojonegoro Tasyakuran 27 Tahun PJI dan HUT ke 1 DPC Bojonegoro
Putusan Inkrah! PN Sumbawa Tetapkan Eksekusi Alfamart.
Ucapan Selamat Mengalir untuk H. Muhammad Amru yang Resmi Masuk Dewan Pakar PWI Pusat 2025–2030
Polemik CV. RPM Memanas: Aliansi Pemantau Tenaga Kerja Sumbawa Tuntut Perlindungan Hak Karyawan

Berita Terkait

Minggu, 26 Oktober 2025 - 13:11 WIB

Laksanakan Arahan Dirjenpas, Rutan Batam Gelar Kegiatan Razia Dan Tes Urine Bersama APH. 

Senin, 20 Oktober 2025 - 21:21 WIB

Ironi Senja di Bengkong: Uang Rp3 Ribu dan Luka Masa Depan yang Tercabik

Sabtu, 18 Oktober 2025 - 11:53 WIB

Oki Indra Purnama Siap Maju di Musda Hanura Kepri ke-IV.

Jumat, 17 Oktober 2025 - 21:57 WIB

Kompolnas Award 2025: Polsek Batu Ampar Raih Predikat Terbaik se-Indonesia

Kamis, 16 Oktober 2025 - 16:24 WIB

Eksploitasi Tanpa Hati Di Kabil: Harga Bauksit, Harga Hukum Yang Tergadai?

Senin, 13 Oktober 2025 - 12:56 WIB

Polda Kepri Gelar Razia Tempat Hiburan Malam. 

Sabtu, 11 Oktober 2025 - 11:22 WIB

Rutan Kelas IIA Batam Gelar Razia Bersama APH, Dukung Pemberantasan HP dan Narkoba. 

Jumat, 10 Oktober 2025 - 19:42 WIB

Ultimatum Warga Bengkong: Kapolda Kepri dan Kapolri Diminta Segera “Bersihkan” Judi KIM Yang Merusak Mental Anak.

Berita Terbaru

KARIMUN KEPRI

Pemkab Karimun Lelang 11 Jabatan Kadis Dan Kaban

Sabtu, 25 Okt 2025 - 07:19 WIB