Gayo Lues/Oposisi News86.com – Malam itu, sekitar pukul 20.40 WIB, bukan hanya api yang membakar empat rumah di Blah Katip, Kampung Kutelintang, Kecamatan Blangkejeren. Ada mimpi, kenangan, dan seluruh hidup yang ikut menjadi abu.
Ketika api merajalela, ia tak peduli pada tawa yang pernah bergema di ruang keluarga, pada foto-foto yang menghias dinding, atau pada celengan yang berisi harapan masa depan. Semua musnah dalam sekejap, menyisakan puing dan air mata.
Kini, di bawah terpal tenda darurat yang didirikan Dinas Sosial, empat kepala keluarga yang kehilangan segalanya mencoba merangkai kembali pecahan hidup mereka.
Di antara mereka, ada suara isak tangis yang tertahan, tatapan kosong yang masih terbayang kobaran api, dan tangan-tangan yang gemetar memeluk anak-anak mereka.
Saleh Aman Seripah (60) dan Feri Aman Dea (45) mungkin bersyukur rumah mereka masih berdiri meski rusak, namun kehancuran yang dialami tetangga mereka, Kandar Hasan (40) dan M Yusuf (27), adalah luka yang sama pedihnya.
Tak ada korban jiwa, dan kita bersyukur untuk itu. Tapi, benarkah tak ada yang hilang? Harta puluhan juta rupiah mungkin bisa dicari kembali, tapi siapa yang bisa mengembalikan rasa aman yang kini tergantikan ketakutan? Siapa yang bisa menghapus trauma yang menancap dalam benak 16 jiwa yang kini tak punya tempat untuk pulang?.
Musibah ini, yang diduga berawal dari korsleting listrik, adalah tamparan keras bagi kita semua. Ini bukan hanya tentang kabel usang yang memicu api, melainkan tentang kelalaian yang tak pernah kita sadari.
Kelalaian dalam memeriksa instalasi listrik, kelalaian dalam memiliki alat pemadam api sederhana, dan kelalaian dalam menyadari bahwa bencana bisa datang kapan saja.
Kepada para korban, semoga para korban kebakaran tersebut diberi kekuatan. Di tengah puing, ada pelajaran berharga yang mungkin bisa dipetik. Hidup bukan tentang seberapa banyak harta yang kita miliki, melainkan seberapa kuat kita bangkit dari keterpurukan.
Di balik musibah ini, ada hikmah tentang pentingnya kesiapsiagaan, tentang saling membantu, dan tentang arti sejati sebuah rumah: bukan sekadar bangunan, melainkan tempat di mana hati kita berada.
Semoga tangis malam ini menjadi bekal untuk membangun kembali, bukan hanya rumah, tetapi juga harapan. Semoga luka ini mengingatkan kita semua untuk lebih peduli dan berhati-hati, agar cerita sedih serupa tak lagi terukir di masa depan. []