Karimun, Kepri – Sebuah insiden dugaan intimidasi yang dilakukan oleh Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Thailand terhadap pekerja lokal Indonesia di PT. Pelayaran Nasional Semesta Lestari, wilayah Kundur, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, memicu kecaman keras dari berbagai pihak.
Peristiwa yang disebut terjadi pada Kamis (24/7/2025) ini menyoroti kembali isu penghormatan TKA terhadap hukum dan kedaulatan Indonesia.
Menurut kesaksian seorang pekerja Indonesia berinisial S, salah seorang oknum TKA Thailand melakukan tindakan intimidasi dengan membanting-banting meja dan memarahi pekerja Indonesia lainnya saat jam istirahat di kapal KIP GT2. Diketahui, kapal tersebut mempekerjakan delapan TKA berkebangsaan Thailand.
Menanggapi kejadian ini, Ketua PAC Jaringan Aspirasi Rakyat (JARAK), Arman Suandi Purba SH, menyatakan keprihatinannya. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk penghinaan terhadap pekerja lokal Indonesia dan menunjukkan kurangnya penghormatan TKA terhadap hukum dan aturan yang berlaku di Indonesia.
“Ini adalah bukti bahwa TKA asal Thailand sangat tidak menghormati aturan dan hukum di Indonesia, serta merupakan bentuk intimidasi kepada pekerja Indonesia di wilayah NKRI sendiri,” tegas Arman.
Arman menekankan bahwa setiap permasalahan seharusnya diselesaikan melalui jalur Industrial Relations (IR) yang baik, bukan dengan tindakan premanisme yang dapat merusak hubungan industrial di perusahaan.
Ia mendesak manajemen PT. Pelayaran Nasional Semesta Lestari untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap oknum TKA Thailand yang terlibat demi mencegah situasi yang tidak kondusif di lingkungan kerja.
Insiden ini menggarisbawahi pentingnya penegakan hukum dan aturan yang berlaku di Indonesia, serta perlunya menjaga hubungan yang harmonis antara pekerja lokal dan tenaga kerja asing di lingkungan industri.
Ketika awak media berupaya meminta konfirmasi dari pihak PT. Pelayaran Nasional Semesta Lestari, para pegawai yang ditemui di kantor menolak memberikan informasi. Tidak ada satu pun pegawai yang bersedia memberikan keterangan terkait insiden di kapal GT2.
Bahkan, nama pimpinan dan nomor telepon seluler pun tidak diberikan, dan kantor tersebut tidak memiliki plang nama, menimbulkan kesan adanya hal yang ditutupi. [SAJIRUN, S]