Nurhayati Sahali
GAYO LUES, Aceh — Di tengah gempita program pemberantasan narkoba, sebuah usulan strategis nan ambisius datang dari jantung daerah penghasil ganja terbaik di Indonesia, Gayo Lues.
Ketua Yayasan Nurhayati Sahali (YNS), Nurhayati, secara resmi mengajukan proposal pendirian “Sekolah Kopi GDAD” kepada Presiden Prabowo Subianto, meyakini inisiatif ini adalah kunci bagi percepatan pertumbuhan ekonomi daerah dan mewujudkan salah satu janji dalam Asta Cita Presiden.
Usulan ini disampaikan bertepatan dengan suksesnya kolaborasi tahunan antara YNS—yang menaungi institusi pendidikan dari TK hingga SMA—dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Gayo Lues dalam kegiatan edukasi antinarkotika.
Sinergi GDAD: Mengubah Ladang Ganja Menjadi Kebun Kopi Berkelanjutan
Apresiasi tinggi dilayangkan Nurhayati kepada BNN Kabupaten Gayo Lues atas implementasi program Grand Design Alternative Development (GDAD).
Program ini, yang bertujuan mengalihkan mata pencaharian masyarakat dari menanam ganja ke komoditas alternatif, dinilai telah menemukan momentum dan komoditas yang tepat: Kopi.
“Pilihan Budidaya Kopi pada program GDAD sangat tepat. Sejak zaman Belanda, kopi telah menjadi tanaman rakyat di sini, namun belum dikelola secara masif dan terintegrasi,” ungkap Nurhayati dalam suratnya bertanggal 20 Oktober 2025.
Yayasan Nurhayati Sahali sendiri telah aktif dalam program pengabdian masyarakat di Kecamatan Pining, salah satu lokasi strategis yang dulunya dikenal sebagai daerah penghasil ganja. Melalui inisiatif ini, yayasan melihat langsung kebutuhan mendesak masyarakat akan alternatif peluang ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.
Sekolah Kopi: Inkubator Generasi Emas Kopi Gayo Lues
Untuk memastikan program GDAD Kopi ini tak hanya sekadar alih tanam, namun benar-benar memberikan multiplier effect dan added value yang maksimal, YNS mengusulkan dan siap bersinergi penuh dengan BNN RI untuk mendirikan Sekolah Kopi GDAD.
Sekolah Kopi ini didesain sebagai lembaga pendidikan terstruktur yang mengajarkan pemuda-pemudi Gayo Lues seluruh rantai nilai komoditas kopi. Kurikulumnya dirancang holistik, mencakup:
– Pra-Tanam: Perencanaan dan manajemen lahan, pemilihan bibit unggul, dan praktik konservasi.
– Budidaya: Teknik tanam modern, pemeliharaan berkelanjutan (organik/ramah lingkungan), dan kontrol kualitas.
– Pasca-Panen: Proses pemetikan, pengolahan (basah, kering, natural, honey), hingga standardisasi mutu.
– Hilirisasi Produk: Pengenalan mesin sangrai (roasting), teknik penyeduhan (brewing), pemasaran digital, hingga manajemen bisnis kopi.
“Di Sekolah Kopi ini, pemuda diajarkan mulai dari perencanaan sebelum penanaman hingga hilirisasi produk. Kami yakin, dengan bekal ilmu dan praktik yang komprehensif, Kopi GDAD akan menembus pasar global,” tegas Nurhayati.
Visi Ekonomi: Menopang Asta Cita dan Pertumbuhan 8 Persen
Lebih dari sekadar program sosial, usulan Sekolah Kopi GDAD ini adalah visi ekonomi yang berorientasi pada penciptaan kesejahteraan massal.
Target Multiefek:
– Peningkatan Kesejahteraan: Memberikan pendapatan yang jauh lebih stabil dan legal bagi masyarakat, menggantikan risiko bertanam ganja.
– Penciptaan Lapangan Kerja: Sekolah ini akan menelurkan petani, roaster, barista, dan wirausahawan kopi baru.
– Penumbuhan Industri Kreatif: Memicu munculnya kedai kopi lokal, industri pengolahan, dan ekowisata berbasis kopi di Gayo Lues.
“Melalui GDAD dan SEKOLAH KOPI, kami yakin kontribusi untuk meningkat 8% pertumbuhan ekonomi akan dapat terwujud, sebagaimana tertuang pada Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” tandasnya optimistis.
Peningkatan pertumbuhan ini selaras dengan salah satu misi Asta Cita, yaitu Melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, serta Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.
Pesan ini diakhiri dengan harapan besar agar Presiden Prabowo Subianto berkenan hadir untuk meresmikan langsung Sekolah Kopi GDAD, menandai dimulainya era baru Gayo Lues yang Bersinar (Bersih Narkoba) dan Sejahtera. []