Wadirresnarkoba Polda Aceh, AKBP. Andi Sumarta SIK saat Konfrensi Pers di Mapolres Gayo Lues. (Foto Doc. MK).
Gayo Lues – Kabupaten Gayo Lues menjadi sorotan utama dalam upaya pemberantasan narkotika di Provinsi Aceh. Hingga Juli 2024, Polres Gayo Lues berhasil mengungkap peredaran ganja sebanyak 1,15 ton, menjadikannya yang terbesar di Aceh tahun ini.
Wadir Resnarkoba Polda Aceh, AKBP. Andi Sumarta SIK, saat menggelar Konfrensi Pers di Mapolres Gayo Lues.
Dalam Konferensi Pers di Mapolres Gayo Lues, Wakil Direktur Reserse Narkoba (Wadir Resnarkoba) Polda Aceh, AKBP.Andi Sumarta SIK, menyebutkan, Keberhasilan ini mendapat apresiasi setinggi tingginya
dari Wakil Direktur Reserse Narkoba (Wadir Resnarkoba) Polda Aceh.
Wadirresnarkoba Polda Aceh, AKBP.Andi Sumarta SIK, ini juga menekankan pentingnya kolaborasi masyarakat dalam memerangi kejahatan narkoba.
Dalam sebuah kesempatan, Wadir Resnarkoba Polda Aceh, didampingi oleh Kasubdit II Kompol Budi Dharma, dan Kapolres Gayo Lues, AKBP. Hyrowo SIK menyampaikan kekagumannya terhadap kinerja Polres Gayo Lues, khususnya Satuan Narkoba.
“Kami dan pimpinan di Polda sangat mengapresiasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Sat Narkoba Polres Gayo Lues,” ujar Wadir Resnarkoba.
Aceh sendiri dikenal sebagai salah satu provinsi yang rawan peredaran dan produksi narkotika. Faktor geografis yang mendukung menjadikan Aceh lokasi ideal untuk penanaman ganja. “Ganja produksi Aceh ini salah satu ganja terbaik di dunia dan diminati, rasanya memang beda,” ungkap Wadir Resnarkoba, menyoroti ironi kualitas ganja Aceh yang justru menjadi masalah besar karena melanggar hukum dan membahayakan kesehatan.
Narkotika jenis ganja termasuk dalam golongan I yang sangat dilarang karena dampaknya yang merusak individu dan masyarakat.
Prestasi Polres Gayo Lues dalam pengungkapan ganja sangat menonjol. Dengan total 1,15 ton yang terdiri dari pengungkapan pertama 640 kg dan terbaru 501 kg (setara dengan 14 karung ganja kering), Polres Gayo Lues dinilai telah menunjukkan komitmen nyata dalam menekan peredaran narkotika, baik ganja, sabu, ekstasi, hingga kokain yang baru-baru ini diungkap di Polres Langsa.
“Apabila kita bisa menekan peredaran ganja di Provinsi Aceh ini, tentunya akan berdampak terhadap peredaran narkotika di provinsi lain, karena stoknya rata-rata dari Aceh,” jelas Wadir Resnarkoba.
Peredaran narkotika di Aceh kini melibatkan jaringan internasional dari Thailand, Malaysia, dan Cina. Para pelaku menggunakan berbagai cara untuk memanipulasi petugas, termasuk mengemas narkoba dalam bentuk makanan atau mainan. Oleh karena itu, ketelitian petugas sangat diperlukan.
Wadir Resnarkoba menekankan bahwa upaya pemberantasan narkoba tidak akan maksimal tanpa peran serta masyarakat. “Tugas-tugas kami ini tentunya kurang begitu sempurna, kurang begitu berhasil apabila tidak ada bantuan dari Bapak-bapak sekalian ataupun masyarakat,” katanya.
Ia berharap masyarakat aktif memberikan informasi mengenai peredaran narkoba demi menyelamatkan generasi masa depan.
“Jangan sampai anak-anak kita yang masih sekolah, yang masih mempunyai cita-cita yang tinggi terhenti cita-citanya karena sudah mengkonsumsi narkoba. Apapun ceritanya apabila kita sudah mengkonsumsi narkoba, hilang masa depan,” tegasnya.
Barang bukti 501 kilogram ganja yang berhasil disita, jika beredar, diperkirakan dapat menjangkau jutaan masyarakat. Dengan perhitungan satu gram ganja bisa dikonsumsi dua orang, Polres Gayo Lues telah menyelamatkan jutaan potensi pecandu narkoba. Selain itu, pengungkapan ini juga berhasil menggagalkan peredaran uang gelap senilai Rp 3,5 miliar.
Wadir Resnarkoba Polda Aceh kembali mengajak seluruh elemen masyarakat di Gayo Lues untuk bersinergi dengan aparat kepolisian. “Bersama-sama kita menekan peredaran narkoba. Kita buat jalan yang bagus untuk anak-anak kita meraih masa depan.
Cukup generasi-generasi terbelakang yang sudah kecanduan, jangan disambung lagi dengan generasi-generasi masa depan,” pungkasnya.[MK]