Ini Kisah Tentang Watawan Doeloe, Ketika Berita Dikejar dengan Sepeda dan Pena Basah

REDAKSI OPOSISI NEWS 86

- Redaksi

Minggu, 4 Mei 2025 - 22:42 WIB

50236 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

OPINI

Bayangkan pagi yang dingin di tahun 1965. Seorang wartawan muda melintasi jalanan berbatu dengan sepeda tuanya.

Di keranjang depan, terguncang-guncang mesin tik portabel dan segenggam kertas karbon.

ADVERTISEMENT

banner 300x250

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dia bukan sedang mengantar paket, tapi tengah mengejar berita—secara harfiah.

Profesi wartawan tempo dulu bukan sekadar menulis dan wawancara. Ia adalah gabungan antara detektif, pelari maraton, dan juru ketik kilat.

Tanpa internet, tanpa ponsel, semua informasi dikumpulkan dengan telinga tajam dan kaki gesit.

Sumber berita tak bisa dicari di Google; mereka harus ditemukan di warung kopi, terminal bus, atau bahkan di pos ronda malam.

Baca Juga :  Adakan

Tekanan waktu? Jangan tanya. Deadline berarti harus menyerahkan naskah sebelum tukang cetak mulai memutar mesin offset yang berisik.

Wartawan menulis cepat, kadang di atas lutut, dengan tinta yang belepotan jika hujan turun.

Satu kesalahan ejaan bisa berujung teguran keras, bukan dari editor digital, tapi dari tangan dingin redaktur yang bisa membalik meja.

Bahkan untuk mengirim berita ke redaksi, mereka kadang harus naik oplet atau menitipkan naskah pada sopir bus antarkota.

Baca Juga :  Babyproofing Made Easy At Home and On the Go

Tak ada “send via email”, hanya amplop, perangko, dan harap-harap cemas.

Namun di balik kerepotan itu, ada romantika. Setiap liputan adalah petualangan.

Setiap berita yang berhasil terbit adalah hasil dari perjuangan yang tak main-main—bukan cuma soal akurasi, tapi juga soal fisik dan nyali.

Hari ini, profesi wartawan telah berubah. Teknologi menyulap ruang redaksi menjadi serba digital dan cepat.

Tapi, tak ada salahnya sejenak menoleh ke masa lalu—untuk menghargai mereka yang pernah menulis sejarah dengan tinta, peluh, dan semangat yang tak pernah padam. []

Berita Terkait

Akta Diubah Aset Dijual, Fahrony Tempuh Mediasi, Tuding Zahir Jual Aset Perusahaan Tanpa Izin
Banyak Perumahan Di Karimun Abaikan Pasal 33 UUD 1945
Kembali Disorot, Stevane (25) Disc Jockey (DJ) First Club Asal Vietnam Melaporkan atas Dugaan Pengeroyokan Empat ( 4 ) Lady Companion (LC) Berkewarganegaraan Vietnam.
Brimob Sumbawa Laksanakan Sholat Idul Adha dan Pemotongan Hewan Qurban
Walikota Dan Wakil Walikota Langsa Di Peusejuk Tepung Tawar Masyarakat GP. Paya Bujok Teungoh.
CEGAH PREMANISME, POLRES ACEH TIMUR BENTUK TIM SATGAS ANTI PREMANISME
Catatan Untuk Apologet (Bagian II)
Amnesti untuk Separatis Papua: Jalan Damai atau Ancaman Disintegrasi Bangsa?

Berita Terkait

Rabu, 30 April 2025 - 19:28 WIB

Bupati Blitar Bersama Muspida Plus Serta Forkopimda Kompak Hijaukan Kawasan Lereng Gunung Kelud

Sabtu, 26 April 2025 - 16:38 WIB

Akibat Balap Liar, Polisi Amankan 68 Unit Sepeda Motor.

Selasa, 22 April 2025 - 13:40 WIB

Pemdes Gedangsewu Salurkan BLT DD ,2025 Kepada 40 KPM

Selasa, 22 April 2025 - 13:34 WIB

Bupati Tulungagung Resmikan Klinik UIN Satu

Senin, 24 Maret 2025 - 13:57 WIB

RSUD Dr Iskak Tulungagung Perkuat Mekanisme Verifikasi Serta Keringanan Biaya Kesehatan Bagi Warga Tidak Mampu

Kamis, 13 Maret 2025 - 17:00 WIB

Rusaknya Sumber Air, Akibat Penambang Pasir, Akibatnya Ratusan Petani Di 4 Kecamatan Demo.

Sabtu, 8 Maret 2025 - 16:23 WIB

Longsor Disebabkan Dari Kubangan Kerukan Penambang Pasir Ilegal.

Selasa, 4 Maret 2025 - 21:50 WIB

Serah Terima Jabatan Bupati Blitar Rini Syarifah Tidak Hadir, Ada Apa.???.

Berita Terbaru

KARIMUN KEPRI

PDAM Karimun Terganjal Modal, Ribuan KK Gagal Nikmati Air Bersih!

Kamis, 19 Jun 2025 - 20:42 WIB