Subulussalam – Dinginnya pagi di kaki perbukitan Kota Subulussalam tak menyurutkan langkah warga Desa Pulo Kedep. Ratusan masyarakat, dari tua hingga belia, memadati Masjid Baitul Mabrur pada Senin, 29 September 2025. Agenda utamanya:
Peringatan Hari Besar Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah, sebuah ritual tahunan yang kali ini diwarnai pesan mendalam mengenai moral dan kebersamaan.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Pulo Kedep bersama masyarakat ini berlangsung khidmat. Ia bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah proyeksi kecintaan terhadap Rasulullah yang dikemas dalam serangkaian kegiatan spiritual.
Pembacaan Maulid, lantunan zikir, dan doa bersama menjadi pembuka.
Yang menarik, peran penceramah utama diambil langsung oleh Penjabat Kepala Kampong, Agustari Husni, S.Pd.I., M.Pd., sebuah fenomena di mana pemimpin birokrasi lokal turun langsung memimpin urusan spiritual warganya.
Dalam tausiyahnya, Agustari menegaskan bahwa perayaan Maulid bukan sekadar rutinitas atau pajangan tradisi. Ia adalah momentum kritis untuk melakukan ‘check and balance’ terhadap perilaku sehari-hari.
“Peringatan Maulid Nabi bukan sekadar tradisi, tetapi momentum untuk meneladani akhlak Rasulullah, mempererat silaturahmi, serta meningkatkan keimanan dan moral umat,” ujarnya, menyinggung pentingnya akhlak mulia, kejujuran, dan amanah yang menjadi pilar utama ajaran Nabi.
Peringatan Maulid di Pulo Kedep dirancang untuk mengusung nilai-nilai utama yang terstruktur, mencerminkan keinginan warga (yang 99,09% beragama Islam) untuk menginternalisasi ajaran agama:
Meneladani Akhlak dan Sunnah Nabi (fokus pada praktik nyata nilai-nilai universal), Memperbanyak Shalawat (diperkuat kehadiran tujuh kelompok zikir dan dayah, termasuk Jama’ah Zikir Maulid dan Dayah Subulurrahmah), Mengharapkan Syafaat dan Ridha Allah SWT (aspek spiritual-eskatologis), dan Aksi Sosial dan Istiqomah.
Yang terakhir ini ditandai dengan pembagian santunan untuk anak yatim, sebuah penekanan pada amal jariyah dan kepedulian sosial, diikuti ajakan untuk istiqomah (konsisten) dalam kebaikan.
Puncak kegiatan ini ditutup dengan ritual yang paling membumi: makan bersama seluruh jamaah dan warga yang hadir. Momen ini bukan sekadar mengisi perut, namun menjadi penanda ikatan kekeluargaan yang erat.
Melalui perayaan yang terstruktur dan bermakna ini, masyarakat Pulo Kedep menegaskan kembali bahwa nilai-nilai keislaman tetap menjadi pedoman sentral dalam kehidupan bermasyarakat mereka, jauh dari sekadar formalitas tahunan. [ER.K]