Arogansi Korporat Di Subulussalam: PT. Lotbangko ‘Sandera’ Jalan Rakyat.

KABIRO SUBULUSSALAM- ACEH SINGKIL

- Redaksi

Minggu, 28 September 2025 - 12:09 WIB

50161 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Subulussalam – Kebijakan sepihak PT Lotbangko menuai bara di Subulussalam. Setelah bertahun-tahun menjadi urat nadi penghubung warga ke lahan pertanian, akses jalan di Desa Namo Buaya, Kecamatan Sultan Daulat, kini ‘disandera’ portal besi.

Ironisnya, penutupan ini terjadi setelah Hak Guna Usaha (HGU) perusahaan perkebunan kelapa sawit tersebut diperpanjang, sebuah aksi yang terang-terangan menelikung hak-hak publik yang dijamin undang-undang.
Keresahan warga Kota Subulussalam mencapai puncaknya.

ADVERTISEMENT

banner 300x250

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jalan yang telah dihibahkan untuk kepentingan masyarakat—bahkan pernah menjadi aspirasi resmi Dewan Perwakilan Rakyat Kota Subulussalam—kini berubah menjadi dinding penghalang.

PT Lotbangko, yang HGU-nya berakhir pada 2019 dan kembali diperpanjang pada 2021, justru memilih jalur konfrontasi dengan menutup akses vital tersebut.

Sejak perpanjangan HGU disahkan, aktivitas berkebun warga kerap tertahan di gerbang besi. P. Siburian, salah seorang warga yang hendak melintas, membenarkan perlakuan ini.

“Saya sempat dilarang oleh sekuriti dan akhirnya terpaksa berbalik arah. Tidak jadi ke kebun,” ujarnya, menggambarkan betapa rentannya posisi warga di hadapan penguasa lahan korporasi.

Baca Juga :  DPC CAPA Subulussalam Soroti Dugaan Penggelapan Dana Desa Rp266 Juta oleh Mantan Pj Kepala Kampong Dah

Tindakan PT Lotbangko ini disorot tajam karena secara jelas mengangkangi sejumlah pasal krusial dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan.

Regulasi ini secara eksplisit memuat kewajiban pelaku usaha perkebunan untuk mengutamakan kepentingan umum dan sosial, antara lain:

Pasal 9 ayat (2) yang mewajibkan pemberian akses terhadap kepentingan umum; Pasal 15 yang menekankan perhatian terhadap kepentingan masyarakat sekitar; dan Pasal 58 ayat (1) yang secara spesifik mewajibkan pemberian akses jalan kepada masyarakat yang lahannya terkurung di dalam areal perkebunan.

Ketiga pasal ini adalah pilar yang seharusnya menopang koeksistensi antara perusahaan dan masyarakat. Namun, PT Lotbangko dinilai telah menjadikan undang-undang hanya sebatas kertas kerja, bukan pedoman operasional yang mengikat.

Penutupan akses ini tidak hanya menghambat aktivitas ekonomi warga, tetapi juga secara fundamental merampas hak mereka atas jalan yang sudah lama ada.

Baca Juga :  Menjadi Sorotan (BPG) Kuta Batu Sudah Jelas-Jelas Serakah Jabatan.

Masyarakat kini berharap penuh pada Pemerintah Daerah dan instansi terkait di Subulussalam. Mereka mendesak agar otoritas segera mengambil langkah tegas. Ini bukan hanya soal membuka portal, tetapi soal menegakkan supremasi hukum dan memastikan kedaulatan warga atas lahan dan akses mereka.

Jika arogansi korporat dibiarkan, preseden buruk ini akan menjadi ancaman bagi masyarakat lain yang hidup berdampingan dengan industri perkebunan.

Kasus Namo Buaya adalah cermin buram praktik bisnis yang buta sosial dan tuli hukum, menuntut intervensi cepat sebelum konflik ini memanas menjadi gejolak yang lebih besar.

Mampukah pemerintah menjadi arsitek keadilan yang membongkar tembok arogansi korporat ini, ataukah hak warga akan terus terkubur di bawah payung HGU yang diperpanjang? Taruhannya adalah kredibilitas negara dalam menjamin hak dasar rakyatnya. [Parlindungan]

Berita Terkait

DPC CAPA Subulussalam Soroti Dugaan Penggelapan Dana Desa Rp266 Juta oleh Mantan Pj Kepala Kampong Dah
Rapat Koordinasi Muspika Kecamatan Simpang Kiri Digelar di Kantor Camat Subulussalam
Kapolres Subulussalam Pimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025
Brimob Polda Aceh Gelar Program “Jum’at Berkah”, Bagikan Jus Buah kepada Jamaah di Subulussalam
Istri Korban Ungkapkan Duka Usai Putusan Kasus Pembunuhan di Desa Panglima Sahman
Pihak Keluarga Korban Berharap Kepada Hakim, Agar Para Terdakwa Dihukum Seberat-beratnya.
Tiga Pelaku Pembunuhan di Desa Panglima Sahman Divonis 17 Tahun Penjara oleh Pengadilan Negeri (PN) Kabuten Aceh Singki
Kasi Intel Kejari Subulussalam Tinjau Progres Revitalisasi di SMA Negeri 2 Subulussalam

Berita Terkait

Senin, 17 November 2025 - 20:42 WIB

Anggota Koramil 1607-07/Lunyuk Tingkatkan Patroli Malam untuk Perkuat Keamanan Wilayah

Senin, 17 November 2025 - 19:47 WIB

29 Desa Dapat SHU? Ketua Gempar NTB Soroti Kejanggalan Mekanisme Dan Logika kebijakan

Senin, 17 November 2025 - 18:20 WIB

Ketua LSM Lingkar Hijau, Bung Taufan: “Aroma Rekayasa Semakin Menyengat, IPR Koperasi SBL Harus Dicabut!”

Senin, 17 November 2025 - 17:02 WIB

GEMPAR NTB Bongkar Kejanggalan di Balik Panggung Panen Raya Emas dan Pembagian SHU IPR Lantung

Senin, 17 November 2025 - 16:03 WIB

Perkuat Kepedulian Lingkungan, Koramil Lunyuk Bersama PT AMMAN Tanam Pohon di Danau Jelapang

Senin, 17 November 2025 - 13:28 WIB

Balai Pemasyarakatan Kelas II Sumbawa Besar Gelar Donor Darah Peringati Hari Bakti Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan ke-1 Tahun 2025

Senin, 17 November 2025 - 13:24 WIB

Bapas Kelas II Sumbawa Besar Terima Kunjungan Kerja Kepala Kantor Wilayah Ditjenpas NTB

Senin, 17 November 2025 - 13:20 WIB

Bapas Kelas II Sumbawa Besar Hadiri Kegiatan Penanaman Jagung di Lahan SAE Ai Maja Lapas Sumbawa Besar sebagai Dukungan terhadap Program Ketahanan Pangan Nasional

Berita Terbaru