Gayo Lues – Keterbatasan sumber daya dan tantangan geografis seringkali menjadi narasi utama dalam pengembangan olahraga di daerah-daerah pedalaman.
Di Gayo Lues, sebuah kabupaten yang dijuluki ‘Tanoh Seribu Bukit’, narasi itu kini berada di persimpangan jalan dengan terpilihnya Chairuddin Kasiman secara aklamasi sebagai Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) periode 2025–2029.
Pertanyaan yang muncul bukanlah “siapa yang terpilih,” melainkan “apa yang akan diubah,” dan “apakah janji-janji ini akan mampu menembus hambatan struktural yang ada?”
Pemilihan yang berlangsung di Blangkejeren, Rabu (06/08/2025), berjalan tanpa kontestasi, menandakan adanya konsensus yang kuat di kalangan pegiat olahraga Gayo Lues. Konsensus ini membawa amanah berat: mengubah tata kelola organisasi yang dianggap perlu diperbarui.
Chairuddin Kasiman,Terpilih secara Aklamasi sebagai Ketua KONI Kabupaten Gayo Lues masa Bhakti 2025 – 2029.
Dalam sambutannya, Chairuddin secara eksplisit menggunakan kata-kata kunci yang familier dalam diskursus modern: transparan, akuntabel, dan profesional. Ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah hipotesis baru dalam menjalankan organisasi olahraga di tingkat lokal.
Analisis Janji: Mengukur Realitas di Lapangan. Chairuddin menjanjikan laporan keuangan KONI yang “kontinyu dan terbuka kepada publik.” Jika terealisasi, ini akan menjadi preseden penting, membawa prinsip good governance ke dalam ekosistem olahraga yang selama ini seringkali luput dari pengawasan publik.
Pertanyaannya, apakah sistem dan infrastruktur pendukungnya sudah siap untuk implementasi transparansi tersebut? Dan apakah publik Gayo Lues memiliki mekanisme efektif untuk menindaklanjuti laporan tersebut?
Janji lain yang patut dianalisis adalah peningkatan sinergi dengan legislatif dan eksekutif. Sinergi ini seringkali menjadi titik kritis, karena dukungan finansial dan kebijakan dari pemerintah daerah sangat esensial. Di masa lalu, ketidakselarasan antara KONI dan pemangku kebijakan seringkali menghambat program pembinaan.
Kepemimpinan Chairuddin diharapkan menjadi katalisator, namun dinamika politik lokal akan menjadi variabel penentu keberhasilannya.
Strategi Ganda: Olahraga dan Ekonomi
Salah satu terobosan konseptual yang dilontarkan Chairuddin adalah integrasi olahraga dengan pariwisata daerah. Alih-alih hanya berfokus pada olahraga prestasi, ia mengusulkan pengembangan event olahraga wisata, seperti arung jeram, sepeda petualangan, dan off-road. Strategi ini secara teoritis sangat menjanjikan.
Dengan memanfaatkan keindahan alam Gayo Lues, event-event ini dapat menjadi mesin ganda: mempromosikan pariwisata sekaligus menyediakan platform bagi atlet lokal. Namun, tantangan logistik, keamanan, dan pemasaran akan menjadi ujian nyata bagi implementasi gagasan ini.
Ketua KONI Aceh, Tgk. Anwar, memberikan dukungan penuh, namun dengan pesan yang implisit: prestasi harus menjadi hasil akhir. “Profesional dan berprestasi,” pesannya, menekankan bahwa di tengah semua inovasi tata kelola dan ekonomi, pencapaian atlet di tingkat provinsi dan nasional tetaplah menjadi tolok ukur utama.
Dengan visi yang terstruktur dan janji-janji yang ambisius, Chairuddin Kasiman memulai jabatannya di tengah ekspektasi tinggi. Namun, di dunia olahraga yang penuh ketidakpastian, keberhasilan bukanlah hanya soal visi, melainkan kemampuan untuk mengeksekusi visi tersebut di tengah realitas yang penuh tantangan.
Apakah kepemimpinan baru ini akan menjadi sekadar perubahan struktural di atas kertas, ataukah mampu menjadi motor penggerak yang sesungguhnya di ‘Tanoh Seribu Bukit’? Waktu dan data prestasi atletlah yang akan memberikan jawabannya. []