Gayo Lues/Aceh — Peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah di Gayo Lues menjadi mimbar penegasan ulang komitmen organisasi Islam modernis terbesar di Indonesia ini.
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gayo Lues, Aji Syahputra, pada Selasa (18/11/2015), bukan sekadar menyampaikan pidato seremonial, melainkan memaparkan visi strategis yang berakar pada pendidikan dan pemberdayaan masyarakat—dua pilar yang ia sebut sebagai kunci kemajuan sejati sebuah bangsa.
Pendidikan sebagai Pondasi Holistik
Dalam pandangan Aji Syahputra, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tidak boleh berhenti pada pengajaran formal. Ia menegaskan bahwa komitmen Muhammadiyah di Gayo Lues diwujudkan melalui bukti nyata di sektor pendidikan, sejalan dengan cita-cita nasional.
Syahputra menggarisbawahi tesis fundamental: kesejahteraan masyarakat tidak boleh dimaknai secara reduktif.
“Kesejahteraan masyarakat bukan hanya diukur dari materi, tetapi juga dari kualitas kehidupan berbangsa melalui pendidikan. Teruslah bergerak memajukan bangsa Indonesia,” ujar Aji, menekankan bahwa peningkatan kualitas hidup adalah hasil dari investasi pada kecerdasan komunal.
Ia secara tegas menyatakan bahwa setiap individu adalah ‘aset’ berpotensi, yang siap memberikan kontribusi positif dalam kehidupan berbangsa—sebuah penekanan pada kapabilitas dan otonomi individu.
Ekspansi Peran:
Dari Sekolah ke Pemberdayaan Umat
Muhammadiyah Gayo Lues, menurut Aji, telah memperluas cakupan gerakannya. Peran di daerah kini mencakup spektrum yang lebih luas, melampaui fokus tunggal pada lembaga pendidikan.
“Muhammadiyah hadir untuk menguatkan umat. Dari sekolah, pesantren, hingga program sosial, semua kami jalankan sebagai ikhtiar membangun masyarakat yang lebih berdaya,” katanya.
Pernyataan ini mencerminkan model pembangunan holistik, di mana instrumen pendidikan formal (sekolah dan pesantren) dipadukan secara sinergis dengan program sosial untuk menghasilkan masyarakat yang mandiri dan berdaya. Ini adalah blueprint organisasi untuk menjawab tantangan sosial dan ekonomi di tingkat lokal.
Modal Sentral: Momentum Kebersamaan
Aji Syahputra mengidentifikasi satu elemen krusial yang menjadi ‘modal tak terhingga’ bagi eksistensi organisasi dan kemajuan kolektif: semangat kebersamaan.
Menurutnya, menjaga eksistensi dan vitalitas organisasi di tengah dinamika sosial memerlukan solidaritas yang kuat. Solidaritas ini, ia yakini, adalah katalisator bagi perubahan.
“Jika kita bergerak bersama, insyaallah Gayo Lues akan semakin maju. Muhammadiyah akan terus menjadi bagian dari perubahan itu,” tambahnya, menutup pernyataannya dengan optimisme terukur mengenai masa depan Gayo Lues yang terajut melalui kolaborasi gerakan kemasyarakatan.
Penegasan Aji Syahputra ini menempatkan Muhammadiyah Gayo Lues bukan hanya sebagai penyedia jasa pendidikan, tetapi sebagai arsitek sosial yang konsisten memetakan dan menjalankan program untuk memberdayakan umat dan memajukan bangsa secara berkelanjutan. [Kamisan]





































