Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten ( DPRK) H. Ali Husin,SH, Saat membacakan naskah Ikrar, pada saat memperingati Hari Kesaktian Pancasila di Halaman Kantor Bupati Gayo Lues.
Gayo Lues — Suasana pagi di halaman Kantor Bupati Gayo Lues, Rabu 1 Oktober 2025, membeku dalam khidmat. Di balik punggung barisan aparatur sipil negara (ASN) yang berseragam rapi, siluet tajam Pegunungan Leuser menjadi saksi bisu. Mereka berkumpul bukan untuk rutinitas, melainkan sebuah penegasan: memperingati Hari Kesaktian Pancasila. Seremoni itu adalah kalibrasi ideologi di tengah denyut nadi birokrasi daerah.
Komandan Kodim 0113/GL, Letkol Inf Agus Satrio Wibowo SIP, berdiri tegak sebagai inspektur upacara, sebuah penanda bahwa militer memegang peranan kunci dalam mengawal pondasi kebangsaan. Di sampingnya, jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan perwakilan dari berbagai sekolah, yang membawa wajah-wajah belia, membentuk mosaik peserta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih menjadi pembuka, ritual yang selalu berhasil memicu getaran nasionalisme, diikuti dengan pembacaan teks Pancasila yang dilafalkan serempak, seolah menggetarkan udara pegunungan.
Momen puncak dari rangkaian itu tiba saat Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Gayo Lues, H Ali Husin SH, maju ke mimbar. Ia membacakan naskah Ikrar, bukan sekadar teks yang dihafal, melainkan pernyataan yang merangkum tekad politik dan moral kolektif.
Dalam setiap diksinya, tersirat janji untuk mempertahankan dan memperjuangkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ikrar tersebut menjadi simbol komitmen komunitas Gayo Lues untuk menancapkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi yang tidak bisa ditawar.
“Maka di hadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila, kami membulatkan tekad untuk tetap mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai sumber kekuatan. Memperjuangkan kebenaran dan keadilan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Ali Husin, suaranya terdengar lantang dan berwibawa.
Pesan yang disampaikan jelas: di tengah segala tantangan, lima sila itu tetap menjadi sumber kekuatan fundamental, menuntut perjuangan demi kebenaran dan keadilan.
Upacara yang berlangsung disiplin dan khidmat ini pada akhirnya menjadi momentum introspeksi bagi seluruh elemen masyarakat di Gayo Lues, memperkuat semangat kolektif untuk merajut persatuan di bawah naungan ideologi yang tak tergantikan. []