Sumbawa Besar, oposisinews86.com, Rabu (17/12/2025),– Api perjuangan pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) kian membara. Koalisi Aliansi Pejuang Provinsi Pulau Sumbawa (Aliansi PPS) kembali menggelar konsolidasi kedua, setelah sehari sebelumnya sukses dilaksanakan di Desa Batu Bangka. Kali ini, gelombang perlawanan menuju pemekaran provinsi mengguncang Desa Mokong, Kecamatan Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa, Rabu malam (17/12/2025), sekitar pukul 21.07 Wita.
Mengusung tema “Penguatan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas Organisasi Upaya Persatuan Rakyat Menuju Provinsi Pulau Sumbawa”, kegiatan yang berlangsung di balai pertemuan Desa Mokong tersebut disambut antusias warga. Ini mencerminkan besarnya harapan rakyat terhadap lahirnya provinsi baru yang telah puluhan tahun diperjuangkan.
Acara dibuka oleh Koordinator Umum Bidang Organisasi PPS-KS, Jahudin Denis, dan disambut hangat oleh Kepala Desa Mokong, M. Sidik Z, bersama tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan warga setempat.
Dalam sambutannya yang lugas dan penuh penegasan sikap, Kades Mokong, M. Sidik Z, menyatakan dukungan total tanpa syarat terhadap percepatan pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa.

“Saya yakin masyarakat Desa Mokong mendukung penuh percepatan Provinsi Pulau Sumbawa. Malam ini kami nyatakan sikap, Desa Mokong siap mendukung penuh, baik tenaga maupun pikiran, demi terwujudnya cita-cita bersama ini,” tegasnya.
Ia juga menyinggung peran Ketua Umum Aliansi PPS, yang dikenal akrab dengan masyarakat, serta kontribusinya selama ini kepada warga Desa Mokong.
“Kami tahu betul perjuangan Bang Rindu. Selain memberikan peluang kerja beberapa warga di PT.AMMNT, Setiap tahun beliau selalu hadir dan memberi kontribusi, meski hanya sembako, itu sangat berarti bagi warga kami. Karena itu, warga Desa Mokong mendukung penuh perjuangan Aliansi PPS,” tandasnya, disambut tepuk tangan meriah.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PPS-KS, Berian Parado, dalam pemaparannya menegaskan bahwa gerakan PPS bukan mimpi kosong, melainkan kelanjutan sejarah panjang perjuangan rakyat Pulau Sumbawa.
“Gerakan ini bukan ilusi. Ini adalah nafas panjang perjuangan para pendahulu kita, para tokoh Pulau Sumbawa, yang telah puluhan tahun memperjuangkan provinsi ini. Dan malam ini, perjuangan itu terus hidup,” ujarnya penuh semangat.
Berian mengulas sejarah perjuangan PPS, mulai dari naskah kesepakatan tujuh wilayah di Pulau Sumbawa, terbentuknya KP3S, hingga perjuangan di tingkat nasional yang sempat terhambat pandemi, efisiensi anggaran, dan berbagai kepentingan politik.
Ia menegaskan bahwa kunci utama percepatan PPS adalah dukungan rakyat secara masif dan terorganisir.
“Pulau Sumbawa ini negeri Intan Bulaeng, negeri yang kaya emas, perak, tembaga, pertanian, kelautan, dan perkebunan. Tapi selama kewenangan kebijakan masih jauh, kekayaan ini tidak maksimal untuk kesejahteraan rakyat,” tegasnya.
Menurutnya, pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa akan memperpendek rentang kendali pelayanan publik, memperkuat kewenangan pengelolaan sumber daya alam, membuka ribuan lapangan kerja baru, serta meningkatkan sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
“Kalau kita mandiri, hasil kekayaan alam itu hanya dibagi untuk lima wilayah di Pulau Sumbawa. Dampaknya langsung ke desa-desa, termasuk Desa Mokong,” katanya.
Pernyataan paling berapi-api disampaikan oleh Ketua Umum Aliansi PPS, Halim Perdana Kusuma, yang akrab disapa Rindu Permata. Dengan suara lantang dan nada emosional, ia menegaskan bahwa perjuangan PPS adalah perjuangan penuh risiko.

“Perjuangan ini bukan perjuangan biasa. Ini taruhan nyawa. Banyak intervensi, tekanan, bahkan kekerasan. Tapi kami tidak akan mundur,” tegas Rindu.
Ia mengingatkan bahwa momentum politik nasional saat ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, seraya menegaskan bahwa kekuatan sejati ada di tangan rakyat.
“Kalau rakyat bersatu, tidak ada yang bisa menghentikan. Ketika 157 desa di Kabupaten Sumbawa sudah terkonsolidasi, kita akan turun bersama. Satu suara, satu bahasa, satu nafas: Provinsi Pulau Sumbawa harus jadi!” serunya disambut sorak warga.
Rindu juga mengungkap insiden kekerasan yang dialami salah satu pejuang PPS saat aksi di Pelabuhan Poto Tano, namun menegaskan hal tersebut justru menguatkan tekad perjuangan.
“Kami tidak butuh apa-apa, kami hanya butuh doa dan dukungan rakyat. Tanpa doa bapak ibu, kami tidak ada apa-apanya. Tapi dengan doa dan persatuan, di tahun 2026 Provinsi Pulau Sumbawa harus terwujud,” tandasnya.
Kegiatan konsolidasi kedua ini ditutup dengan seruan persatuan dan tekad bersama warga Desa Mokong untuk menjadi bagian dari sejarah besar lahirnya Provinsi Pulau Sumbawa.
Api perjuangan telah dinyalakan. Dan dari Desa Mokong, gelombang perubahan itu kian tak terbendung. (Af)





































